Turunnya prevalensi stunting di sebuah kabupaten merupakan cerminan dari turunnya temuan stunting di wilayah-wilayah kecamatan di daerah tersebut. Kondisi ini juga terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di mana terjadi penurunan angka stunting skala kabupaten berdasarkan hasil pengukuran terkini pada bulan Oktober 2023 dengan tarikan data bulan November 2023 pada aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masayarakat (e-PPGBM).
Menurut Kepala Bappelitbangda Kab. Bolsel Rikson Paputungan SPd, MPd, turunnya prevalensi stunting di daerah ini adalah hasil penurunan stunting yang terjadi di wilayah puskesmas di seluruh kecamatan se-Kab. Bolsel.

Lanjut dia, secara rinci sebaran stunting per kecamatan adalah sebagai sebagai berikut:
- Kecamatan Bolaang Uki ada 14 Desa yang berhasil menurunkan prevalensi stunting, sedangkan 3 desa lainnya mengalami peningkatan prevalensi stunting.
- Kecamatan Posigadan menunjukkan ada 11 desa yang berhasil menurunkan prevalensi stunting, sedangkan 5 desa lainnya mengalami peningkatan.
- Kecamatan Tomini menunjukkan terjadi penurunan prevalensi stunting di Desa Pakuku Jaya dari 12,55% di tahun 2022 menjadi 6,90% di tahun 2023. Namun sebaliknya terjadi kenaikan prevalensi stunting di Desa Nunuka Raya dengan dari 0,84% di tahun 2022 menjadi 5,20% di tahun 2023. Selain 2 tersebut, pada 5 desa lainnya tidak memiliki kasus stunting (0%) di tahun 2022 maupun tahun 2023.
- Kecamatan Helumo menunjukkan 5 desa yang mengalami penurunan prevalensi stunting. Namun, terjadi peningkatan prevalensi di 4 desa. Sedangkan 2 desa tidak terdapat kasus stunting baik di tahun 2022 maupun 2023
- Kecamatan Pinolosian ada 8 desa yang mengalami penurunan prevalensi stunting, sedangkan 2 desa lainnya mengalami peningkatan.
- Kecamatan Pinolosian Tengah ada 4 desa mengalami kenaikan prevalensi stunting. 1 desa terjadi penurunan prevalensi stunting dan tidak ada kasus stunting yang ditemukan pada 3 desa lainnya.
- Kec. Pinolosian Timur untuk wilayah kerja Puskesmas Dumagin, masih ada 2 desa yang menunjukkan kenaikan persentase prevalensi stunting sedangkan 2 desa lainnya mengalami penurunan prevalensi stunting yang signifikan. Untuk wilayah kerja Puskesmas Onggunoi ada 8 desa yang mengalami penurunan prevalensi stunting.

"Secara keseluruhan, dari 81 desa di Bolsel ada 50 Desa (61,7%) yang telah berhasil menurunkan prevalensi stunting di Tahun 2023. Kemudian, ada 21 desa (25,9%) terjadi peningkatan prevalensi stunting, dan 10 Desa (12,3%) tetap dengan jumlah 0 kasus stunting baik di tahun 2022 maupun 2023," ujar Kaban Rikson dalam keterangannya, Kamis (7/12/2023).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bolsel dr. Sadli Mokodongan menambahkan bahwa berdasarkan hasil pemantauan tumbuh kembang Balita (pengukuran dan penimbangan) pada kegiatan Posyandu dan hasil Audit Kasus Stunting yang telah dilaksanakan, diketahui beberapa faktor determinan yang menyebabkan kasus stunting masih terjadi di Bolsel dan perlu ditindaklanjuti segera antara lain masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu, terutama bagi balita yang sudah selesai imunisasi lengkap serta masih kurangnya fasilitas akses air bersih.

Selain itu, tambahnya, ditemui belum meratanya fasilitas jamban sehat, masih rendahnya cakupan balita yang mendapat Imunisasi Dasar lengkap (IDL), riwayat ibu hamil pada masa kehamilan yang kurang baik, kurangnya asupan gizi dan tidak terpantau kesehatannya karena tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur, dan adanya penyakit penyerta baik bagi ibu hamil maupun balita.
"Faktor-faktor ini tentu butuh tindak lanjut segera. Lalu, perlu juga edukasi perilaku kunci Rumah Tangga pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang masih bermasalah, yaitu terkait ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang makanan dengan gizi seimbang untuk ibu hamil," jelas dia.

Ditambahkan pula bahwa faktor-faktor lainnya yaitu belum semua ibu hamil minum secara rutin tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan (90 tablet), masih ada ibu bersalin yang ditolong persalinannya oleh bukan tenaga kesehatan, adanya kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan tambahan selain ASI kepada Bayi 0-11 bulan serta masih kurangnya pengetahuan ibu balita tentang makanan dengan gizi seimbang untuk balita.

Beberapa faktor penyebab tersebut di atas diakui oleh Sekda M. Arvan Ohy SSTP, MAP membutuhkan perhatian dari Pemerintah Daerah dan Desa agar dapat menekan prevalensi stunting di daerah ini. Karena itu, berbagai program kerja dan kegiatan Edukasi, Publikasi dan Intervensi telah disusun oleh pemerintah daerah bersama pemerintah desa untuk pencegahan dan penanganan stunting di Tahun 2024 baik melalui APBD, APBDes, BOKB dan DAK.
"Semua upaya ini dilakukan tentu dengan harapan di tahun 2024, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat mendukung program Pemerintah Pusat dengan target prevalensi stunting turun menjadi 14%," tegas Panglima ASN Bolsel ini.